Belajar Dari Sniper

 
Sniper, atau penembak runduk, adalah seorang prajurit infanteri yang
secara khusus terlatih untuk mempunyai kemampuan membunuh musuh secara
tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan.

Istilah ini muncul pada tahun 1770-an, pada prajurit-prajurit Kolonial
Inggris di India, dari kata snipe, yaitu sejenis burung yang sangat
sulit untuk didekati dan ditembak. Mereka-mereka yang mahir memburu
burung ini diberi julukan "sniper".

Dalam beberapa dekade terakhir istilah sniper telah digunakan secara
meluas dan tidak tepat, terutama oleh media. Istilah sniper, secara
tidak tepat, digunakan untuk mendeskripsikan penembak jitu polisi,
pelaku asasinasi, penembak yang menembak bukan dari jarak dekat, serta
kriminal yang membunuh dengan menggunakan senapan laras panjang



Sniper dalam peperangan

Doktrin militer tentang sniper dalam posisinya pada unit militer, lokasi
 menembak, dan taktik berbeda pada setiap negara. Secara umum, tujuan
sniper dalam peperangan adalah mengurangi kemampuan tempur musuh dengan
cara membunuh sasaran yang bernilai tinggi, seperti perwira.

Dalam doktrin Amerika Serikat, Inggris, dan banyak negara lainnya ,
sniper dipakai dalam tim sniper, yang berisi hanya dua orang. Dua orang
ini mempunyai fungsi yang berbeda, satu sebagai penembak, dan satu orang
 lagi sebagai spotter yaitu penunjuk sasaran. Dalam prakteknya, spotter
dan penembak biasa bergiliran menembak, agar mengurangi kelelahan pada
mata.

Misi sniper adalah pengintaian dan pengamatan, anti-sniper, membunuh
komandan musuh, memilih target sendiri secara oportunis, dan bahkan
tugas anti material (penghancuran peralatan militer), yang memerlukan
senapan berkaliber besar seperti .50 BMG. Pada perang di Iraq, sniper
semakin banyak digunakan sebagai peran pendukung, yaitu untuk melindungi
 pergerakan infanteri, khususnya di daerah perkotaan.

Saat ini, rekor jarak terjauh untuk tembakan sniper adalah 2.430 meter,
dilakukan oleh sniper Kanada bernama Corporal Rob Furlong pada tahun
2002 ketika Invasi Afghanistan, menggunakan senapan bolt-action kaliber
.50 McMillan. Hal ini berarti anak peluru terbang selama empat detik dan
 mengalami penurunan sebanyak 44.5 meter. Rekor sebelumnya dipegang oleh
 Carlos Hathcock, diperoleh dalam Perang Vietnam dengan jarak tembak
2.250 meter.



Sniper kepolisian

Polisi biasanya menurunkan sniper dalam penanganan skenario
penyanderaan. Mereka dilatih untuk menembak sebagai pilihan terakhir,
hanya jika nyawa sandera terancam langsung. Sniper polisi biasanya
beroperasi dalam jarak yang lebih dekat dari pada sniper militer.
Biasanya di bawah 100 meter dan bahkan kadang kadang kurang dari 50
meter. Karena inilah sniper polisi lebih tepat disebut sebagai penembak
jitu. Sniper polisi lebih terlatih menembak untuk membunuh daripada
melumpuhkan,[2] walaupun terdapat beberapa pengecualian dengan hasil
yang bervariasi.




Perbedaan penembak runduk dengan penembak jitu

Beberapa doktrin membedakan antara penembak runduk (sniper) dengan
penembak jitu (marksman, sharpshooter, atau designated marksman). Sniper
 terlatih sebagai ahli stealth dan kamuflase, sedangkan penembak jitu
tidak. Sniper merupakan bagian terpisah dari regu infanteri, yang juga
berfungsi sebagai pengintai dan memberikan informasi lapangan yang
sangat berharga, sniper juga memiliki efek psikologis terhadap musuh.
Sedangkan peran penembak jitu intinya adalah untuk memperpanjang jarak
jangkauan pada tingkat regu.


Penembak jitu umumnya memiliki jangkauan sampai 800 meter, sedangkan
sniper bisa sampai 1500 meter atau lebih. Ini dikarenakan sniper pada
umumnya menggunakan senapan runduk bolt-action khusus, sedangkan
penembak jitu menggunakan senapan semi-otomatis, yang biasanya berupa
senapan tempur atau senapan serbu yang dimodifikasi dan ditambah
teleskop.

Sniper telah mendapatkan pelatihan khusus untuk menguasai teknik
bersembunyi, pemakaian kamuflase, keahlian pengintaian dan pengamatan,
serta kemampuan infiltrasi garis depan. Ini membuat sniper memiliki
peran strategis yang tidak dimiliki penembak jitu. Penembak jitu
dipasang pada tingkat regu, sedangkan sniper pada tingkat batalion dan
tingkat kompi.



Senapan runduk

Kebanyakan senapan runduk sampai era Perang Dunia II dibuat berdasarkan
senapan standar di negara bersangkutan. Termasuk diantaranya senapan
K98k Mauser dari Jerman, Springfield 1903 dan M1 Garand dari Amerika
Serikat, Mosin-Nagant dari Soviet, Arisaka dari Jepang, dan Lee Enfield
No. 4 dari Inggris. Senapan-senapan ini dimodifikasi dengan ditambahkan
laras khusus, alat bidik teleskop, bipod, bantalan pipi, penyembunyi
kilatan, dan lain-lain.

Senapan-senapan yang dibuat khusus sebagai senapan runduk baru dimulai
pada tahun 1960an. Tujuannya adalah untuk meningkatkan akurasi sebaik
mungkin. Senapan-senapan ini dibuat khusus untuk bisa menahan panas,
menahan getaran, dan hal-hal lain yang bisa mengurangi akurasi.

  

Sniper menggunakan kamuflase dan membatasi gerakan mereka, agar tidak bisa dideteksi.

Bidikan teleskopik harus mendapatkan perhatian khusus, karena lensa dari
 alat bidik harus terbuka, tapi dalam keadaan terbuka akan dapat
memantulkan cahaya matahari, dan ini bisa membeberkan posisi sniper.
Solusi yang biasa digunakan adalah mencari tempat bersembunyi yang tidak
 terkena cahaya matahari langsung, atau dengan menutupi lensa dengan
sesuatu yang tidak memantulkan cahaya, seperti sebuah kain tipis.

Sniper modern juga harus memperhatikan kamuflase mereka jika dilihat
dengan cahaya infra-merah, karena militer modern sudah menggunakan
penglihatan suhu (thermal vision), menggantikan night vision, yang hanya
 meningkatkan intensitas cahaya. Bahan pakaian dan peralatan bisa muncul
 bila dilihat dengan alat thermal vision. Maka sniper juga bisa memakai
bahan lain seperti plastik, atau bahan khusus seperti selimut thermal,
atau bahan lain yang tidak terdeteksi oleh thermal vision. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 BHC - SC | Marque Hard Havard | Probo Prayogo| BHC Shooting Club | All rights reserved